WANTUN OFFICIAL ADALAH IMPIAN MASA DEPAN YANG AKAN DATANG AKAN BERGERAK DI BIDANG KULINER UNTUK PERTAMA KALI NYA

Selasa, 20 Mei 2014

Asuhan Keperawatan Vertigo

A.    Latar Belakang
Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Secara tidak langsung kitapun pernah mengami vertigo ini. Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertere” yang artinya memutar. Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik. Kasus vertigo di Amerika  adalah 64 orang tiap 100.000, dengan presentasi wanita lebih banyak daripada pria. Vertigo juga lebih sering terdapat pada Usia yang lebih tua yaitu diatas 50 tahun.
Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari kejadian atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat dari kejadian atau trauma tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo. Kasus ini sebaiknya harus segera ditangani, karena jika dibiarkan begitu saja akan menggangu system lain yang ada di tubuh dan juga sangat merugikan klien karena rasa sakit atau pusing yang begitu hebat. Terkadang klien dengan vertigo ini sulit untuk membuka mata karena rasa pusing seperti terputar-putar. Ini disebabkan karena terjadi ketidakseimbangan atau gangguan orientasi.  
Oleh karena itu, pembelajaran mengenai vertigo beserta asuhan keperawatannya dirasa sangat penting dan perlu. Dengan memiliki pengetahuan yang baik beserta pemberian asuhan keperawatan  yang benar, maka diharapkan agar kasus vertigo ini dapat berkurang dan masyarakat bisa mengetahui akan kasus vertigo ini dan bisa mengantisipati akan hal tersebut.
B.     Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan laporan pendahuluan tentang vertigo ini adalah agar mahasiswa mampu secara kognitif, afektif serta motorik dalam menyusun asuhan keperawatan  pada klien vertigo. Dengan demikian, mahasiswa bisa menerapkan asuhan keperawaan yang sudah dibuat secara komprehensif sehingga dapat membantu proses penyembuhan klien secara tepat dan cepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Definisi 
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban Tobing. S.M, 2003) 
Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang di sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang. Vertigo menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau aktivitas vestibulocerebellar. (www.wikipedia.com)
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)
B.     Etiologi
1.      Otologi 24-61% kasus
a)      Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
b)      Meniere Desease
c)      Parese N VIII Uni/bilateral
d)     Otitis Media
2.      Neurologik  23-30% kasus
a)      Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum
b)      Ataksia karena neuropati
c)      Gangguan visus
d)     Gangguan serebelum
e)      Gangguan sirkulasi LCS
f)       Multiple sklerosis
g)      Vertigo servikal
3.      Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
a)      Tekanan darah naik turun
b)      Aritmia kordis
c)      Penyakit koroner
d)     Infeksi
e)       <  glikemia
f)       Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,
4.      . Psikiatrik > 50% kasus
a)      Depresi
b)      Fobia
c)      Anxietas
d)     Psikosomatis
5.      Fisiologik
Melihat turun dari ketinggian.
C.    Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :
1.      Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri atau lingkungan
2.      Merasakan mual yang luar biasa
3.      Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
4.      Gerakan mata yang abnormal
5.      Tiba - tiba muncul keringat dingin
6.      Telinga sering terasa berdenging
7.      Mengalami kesulitan bicara
8.      Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar
9.      Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan
(http://perawatyulius.blogspot.com)
D.    Komplikasi
1.      Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
2.      Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.
E.     Patofisiologi dan Pathway
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan parese N VIII.
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.
F.     Pemeriksaan Penunjang
Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain:
1. Pemeriksaan fisik
a)      Pemeriksaan mata
b)      Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c)      Pemeriksaan neurologik
d)     Pemeriksaan otologik
e)       Pemeriksaan fisik umum
2. Pemeriksaan khusus
a)      ENG
b)       Audiometri dan BAEP
c)      Psikiatrik
3.      Pemeriksaan tambahan
a)      Radiologik dan Imaging
b)      EEG, EMG
G.    Penatalaksanaan
1.      Penatalaksanaan Medis
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :
a)      Anti kolinergik
t  Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
t  Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
b)      Simpatomimetika
t  Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
c)      Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
t  Golongan antihistamin
      Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :
                                                                                i.            Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
                                                                              ii.            Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.                 
Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :  
a)      Terapi kausal
b)      Terapi simtomatik
c)      Terapi rehabilitatif
2.      Penatalaksanaan Keperawatan
a)      Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
b)      Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata ditutup.
c)      Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya ver­tigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang kuat.
d)     Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah dehidrasi.
e)      Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.
f)       Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibu­lar akut. (http://niarahayu9.blogspot.com)
H.    Asuhan Keperawatan sesuai teori
1.      Pengkajian data keperawatan
a)       Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca, insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
b)       Sirkulasi
Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah tampak kemerahan
c)      Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala, mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
d)      Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain), mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan
e)      Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam, papiledema.
f)        Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
g)        Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
h)       Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit
i)        Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan alkohol/obat lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.
2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)
b.      Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
c.       Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
d.      Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
e.       Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat
3.      Intervensi Keperawatan
a)      Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah risiko jatuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1)      Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya
2)      Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh
Intervensi
Rasional
1.      Kaji tingkat energi yang dimiliki klien
2.      Berikan terapi ringan untuk mempertahankan kesimbangan
3.      Ajarkan penggunaan alat-alat alternatif dan atau alat-alat bantu untuk aktivitas klien.
4.       Berikan pengobatan nyeri (pusing) sebelum aktivitas
1.      Energi yang besar dapat memberikan keseimbangan pada tubuh saat istirahat
2.      Salah satu terapi ringan adalah menggerakan bola mata, jika sudah terbiasa dilakukan, pusing akan berkurang.
3.      Mengantisipasi dan meminimalkan resiko jatuh.
4.      Nyeri yang berkurang dapat meminimalisasi terjadinya jatuh.
b)      Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah intoleransi aktivitas dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1)      Meyadari keterbatasan energi
2)      Klien dapat termotivasi dalam melakukan aktivitas
3)      Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
4)      Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas
Intervensi
Rasional
1.      Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
2.      Berikan motivasi pada klien untuk melakukan aktivitas
3.      Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan.
4.      Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi
1.      Respon emosi, sosial, dan spiritual mempengaruhi kehendak klien dalam melakukan aktivitas
2.      Klien dapat bersemangat untuk melakukan aktivitas
3.      Energi yang tidak stabil dapat menghambat dalam melakukan aktivitas, sehingga perlu dilakukan manajemen waktu
4.      Terapi okupasi dapat menentukan tindakan alternatif dalam melakukan aktivitas.
c)      Risiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah kurang nutrisi dapat sedikit teratasi.
Kriteria Hasil :
1)      Klien tidak merasa mual muntah
2)      Nafsu makan meningkat
3)      BB stabil atau bertahan
Intervensi
Rasional
1.      Kaji kebiasaan makan yang disukai klien
2.      Pantau input dan output pada klien
3.      Ajarkan untuk makan sedikit tapi sering
4.      Kolaborasi dengan ahli gizi
1.      Kebiasaan makan yang disukai dapat meningkatkan nafsu makan
2.      Untuk memantau status nutrisi pada klien
3.      Mempertahankan status nutisi pada klien agar dapat meningkat atau stabil.
4.      Ahli gizi dapat menentukan makanan yang tepat untuk meningkatkan kebutuhan nutrisi pada klien.
d)     Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maslah gangguan perepsi sensori pendengaran dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1)      Klien dapat memfokuskan pendengaran
2)      Tidak terjadi tinitus yang berkelanjutan
3)      Pendengaran adekuat
Intervensi
Rasional
1.      Kaji tingkat pendengaran pada klien
2.      Lakukan tes rinne, weber, atau swabah untuk mengetahui keseimbangan pendengaran saat terjadi tinitus
3.      Ajarkan untuk memfokuskan pendengaran saat terjadi tinitus
4.      Kolaborasi penggunaan alat bantu pendengaran
1.      Mengetahui tingkat kemaksimalan pendengaran pada klien untuk menentukan terapi yang tepat. 
2.      Mengetahui keabnormalan yang terjadi akibat tinitus
3.      Mempertahankan keadekuatan pendengaran
4.      Memaksimalkan pendengaran pada klien
e)      Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah koping individu tidak efektif dapat teratsi.
Kriteria Hasil :
1)      Klien dapat menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan pendengaran
2)      Klien dapat mengatasi dengan tindakan mandiri
Intervensi
Rasional
1.      Kaji kemampuan klien dalam mempertahankan keadekuatan pendengaran
2.      Berikan motivasi dalam menerima keadaan fisiknya
3.      Ajarkan cara mengatasi masalah pendengaran akibat pusing yang diderita
4.      Kolaborasi pemberian antidepresan sedatif, neurotonik, atau transquilizer serta vitamin dan mineral.
1.      Mengetahui batas maksimal kemampuan pendengaran klien
2.      Klien tidak mengalami depresi akibat keadaan fisiknya
3.      Pusing yang terjadi dapat memunculkan tinitus
4.      Obat untuk mengatasi tinitus.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.2002. Buku ajar ilmu kesehatan telingahidung tenggorok kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru 
Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI
Rahayu, Nira.2011. Neuronitis Vestibular. (http://niarahayu9.blogspot.com).Online diakses pada 22 oktober 2012.Pukul 23.50 WIB
Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih bahasa.Jakarta : Prima Medika
Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC
BAB III
ASUHAN KEPERWATAN SISTEM NEUROBEHAVIOUR
PADA Tn.S DENGAN VERTIGO DI RUANG MAWAR I
RSUD KARANGANYAR
Tgl/Jam MRS                                      : 20 Oktober 2012/10.00 WIB
Tgl/Jam Pengkajian                             : 22 Oktober 2012/09.30 WIB
Metode Pengkajian                             : Autoanamnesa dan Alloanamnesa
Diagnosa Medis                                  : Vertigo dan Hipertensi
       I.            BIODATA
1.      Identitas Klien
Nama Klien                       : Tn.S
Alamat                              : Supan 2/14 Tegalgedhe, Karanganyar
Umur                                 : 58 th
Agama                               : Islam
Status Perkawinan                        : Kawin
Pendidikan                        : SD
Pekerjaan                           : Peternak
2.      Identitas Penanggung jawab
Nama                                 : Ny.S
Umur                                 : 54 th
Pendidikan                        : Tamat SMP
Pekerjaan                           : Ibu rumah tangga
Alamat                              : Supan 2/14 Tegal Gede, Karanganyar
Hubungan dengan klien    : Istri
    II.            RIWAYAT KEPERAWATAN
1.      Keluhan Utama
Pusing seperti berputar-putar, panas dingin, tidak nafsu makan, tidak bisa tidur.
2.      Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh kepala pusing berputar, nyeri kedua pipi hingga sekitar mata, sakit bertambah saat pasien menunduk dan duduk, badan panas dingin, dan leher terasa cengeng/pegel-pegel.
Kemudian dibawa ke puskesmas dan hasilnya tidak ada perubahan dan akhirnya dibawa ke RSUD Karanganyar melalui UGD. Pasien terpasang infus Rl 20tpm, dan diambil sempel darah, TD : 225/120 mmHg, S : 38°C, RR : 24x/menit.
3.      Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya Tn.S belum pernah mengalami penyakit ini, namun dulu pernah menderita penyakit hipertensi dan pernah berobat ke THT untuk operasi sinus maksilaris.
4.      Riwayat Kesehatan Keluarga
Didalam keluarga Tn.S tidak ada yang memiliki penyakit yang sama seperti yang Tn.S derita saat ini. Namun untuk hipertensi diduga didapatkan melalui keturunan, karena ayah dari Tn.S juga mengalami penyakit hipertensi.
Genogram :

Keterangan :
                  : Laki-laki
                  : Perempuan
                  : Memiliki riwayat hipertensi
                  : Pasien (Tn.S)
                  : Tinggal serumah
5.      Riwayat Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan Tn.S cukup terawat dan orang-orang disekitarnya paling umum memiliki penyakit hipertensi namun untuk penyakit pusing hebat yang diderita Tn.S tidak ada yang mengalami.
 III.            PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL
1.      Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan sehat itu sangat berarti bagi kehidupan. Tanpa kesehatan orang tidak akan bisa melakukan kegiatan sehari-hari, maka keluarga Tn.S selalu membawa anggota keluarga yang sakit ke tempat dokter untuk diperiksa, bahkan sampai kerumah sakit untuk mendapatkan pengobatan yang rutin.
2.      Pola Nutrisi/Metabolik
KETERANGAN
SEBELUM SAKIT
SELAMA SAKIT
Frekuensi
3 x sehari
3 x sehari
Jenis
Nasi putih, sayur, gorengan, buah kadang-kadang, air putih.
Bubur, kuah, air putih,
Porsi
1 porsi habis
¼ porsi
Keluhan
Tidak ada
Mual,  tidak nafsu makan, dan lidah terasa pahit serta tidak makan selama 3 hari terhitung saat 1 hari sebelum masuk RS
Antropometri        : BB : 64 kg, TB : 163 cm, IMT : 24,08 Kg/BB
Biochemical          : Hct : 42 %    Hb : 12,8 g/dL
Clinical sign          :
·         Rambut     : sedikit lengket, kusam, terdapat ketombe.
·         Mata          : konjugtiva tidak anemis, pupil isokor, sclera tidak ikterik
·         Kulit          : lembab, turgor kurang elastis.
·         Pasien merasa mual muntah
Dietary history     : Pasien tidak memiliki diet khusus. Selain itu pasien suka
                               makan kangkung dan sayur lodeh.
3.      Pola Eliminasi
Eliminasi Alvi (BAB)
KETERANGAN
SEBELUM SAKIT
SELAMA SAKIT
Frekuensi
1x sehari
3 hari sekali
Konsistensi
Lunak berbentuk
Sedikit Keras
Bau
Khas
Khas
Warna
Kuning
Kuning kecoklatan, tidak ada darah
Keluhan
Tidak ada
Sulit BAB
Eliminasi Urin
KETERANGAN
SEBELUM SAKIT
SELAMA SAKIT
Frekuensi
4-6x/hari
3-5x/hari
Pancaran
Kuat
lemah
Jumlah
±200 cc sekali BAK
±200 cc sekali BAK
Bau
Khas
Amoniak
Warna
Kuning jernih
Kuning kecoklatan
Perasaan setelah BAK
Lega
Lega
Keluhan
Tidak ada
Tidak ada
Total produksi urin
± 800-1200 cc/hari
±600-1000 cc/hari
ANALISA KESEIMBANGAN CAIRAN SELAMA PERAWATAN
Intake
Output
Analisa
Minum ±1200 cc
Makanan ±200 cc
Infus 500 cc
Urine 1000 cc
Feses 100 cc
IWL 10 x 64 kg = 640 cc
Intake 1900 cc
Output 1740 cc
Total 1900 cc
Total 1740 cc
Balance : intake > output
4.      Pola Aktifitas dan Latihan
Kemampuan perawatan diri
0
1
2
3
4
Makan/minum
V
Mandi
V
Toileting
V
Berpakaian
V
Mobilitas ditempat tidur
V
Berpindah
V
Ambulasi/ROM
V
5.      Pola Istrahat Tidur
KETERANGAN
SEBELUM SAKIT
SELAMA SAKIT
Jumlah jam tidur siang
-
± ½ jam
Jumlah jam tidur malam
8 jam
3-5 jam
Pengantar tidur (penggunaan obat tidur)
Tidak ada
Ada
Gangguan tidur
Tidak ada
sering terbangun karena nyeri pada pipi, lingkungan kurang tenang.
Perasaan waktu bangun
Kondisi mata
Nyaman
Tidak berkantung
Masih merasa ngantuk
Berkantung
6.      Pola Kognitif – Perseptual
Klien dapat berbicara dengan lancar, melihat seperti berputar-putar, menjawab pertanyaan dengan tepat saat ditanya, penciuman baik, lidah terasa pahit, merasa mual-mual, dapat mengidentifikasi tes raba, merasa badannya panas dingin. Selain itu klien juga merasa nyeri.
P : nyeri karena vertigo,
Q :seperti ditarik-tarik,
R: kedua pipi sampai sekitar mata,
S : 9
T : saat menundukkan dan duduk
7.      Pola persepsi Konsep Diri
a.       Gambaran diri/citra tubuh
Pasien tidak suka dengan pusing yang seakan menarik wajahnya.
b.      Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan dapat segera pulang.
c.       Harga diri
Tn.S mengatakan malu dengan istrinya karena tidak bisa menafkahi istrinya karena keadaan sakit yang dia alami saat ini.
d.      Peran diri
Tn.S mengatakan saya tidak bisa bekerja lagi. Untuk  saat ini justru istri saya yang harus bekerja untuk biaya perawatan di rumah sakit.
e.       Identitas diri
Tn.S mengatakan dia sebagai kepala keluarga didalam keluarganya, yang seharusnya dapat memberikan sandang, papan, dan pangan.
8.      Pola Seksual dan Seksualitas
Tn.S mengatakan terkadang masih melakukan hubungan dengan istrinya jika kondisi mereka memungkinkan.
9.      Pola Peran dan Hubungan
Hubungan dengan kelurga harmonis dan tidak ada maslah yang mengakibatkan kekacauan dalam rumah tanggannya. Hubungan dengan masyarakat sekitar juga baik sehingga saat salah satu anggota warga ada yang sakit mereka saling menjenguk.
10.  Pola Manajemen dan Koping Stres
Saat terjadi nyeri pasien hanya mampu menahan nyeri dan berusaha untuk tidur. Karena Tn.S sakit yang berusaha membayar biaya perawatan adalah istrinya.
11.  Sistem Nilai dan Keyakinan
Ny.S mengatakan yakin bahwa suaminya dapat sembuh, Ny.S selalu berdoa agar suaminya lekas diberikan kesembuhan.
 IV.            PEMERIKSAAN FISIK
1.      Keadaan/Penampilan Umum
Kesadaran                         : Composmentis
TTV                       :
a)      TD  : 170/100 mmHg
b)      Pernafasan :
-          Frekuensi : 22x/menit
-          Irama         : teratur
c)      Suhu : 38°C
d)     Nadi  :
-          Frekuensi   : 96x/menit
-          Irama         : teratur
-          Kekuatan   : kuat
2.      Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a.       Kepala, Rambut   : warna hitam sedikit beruban, rambut lengket, dan kusam, tidak ada kutu, terdapat ketombe.
b.      Mata                     :
-          Palpebra             : tidak udem, tidak petosis
-          Konjungtiva       : konjungtiva tidak anemis
-          Pupil                   : isokor
-          Sclera                  : tidak ikterik
-          Reflek terhadap cahaya : +
-          Tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
c.       Hidung                 : lembab, bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung
d.      Mulut                   : bibir lembab, mukosa mulut sedikit kotor, tidak ada sariawan
tidak ada gigi berlubang.
e.       Telinga                 : sedikit kotor, sedikit serumen, kadang-kadang terjadi tinitus.
f.       Leher                    : tidak terjadi pembesaran kelenjar limfe, tidak terjadi kaku
Kuduk
g.      Dada                    :
1)      Paru-paru
-Inspeksi      : Bentuk dada simetris
-Palpasi        : Vocal premitus getaran kanan kiri sama
-Perkusi       : Sonor pada seluruh lapang paru
-Auskultasi : Vesikuler pada seluruh area paru, tidak ada suara nafas tambahan, inspirasi lebih pendek dari ekspirasi.
2)      Jantung
-Inspeksi      : Ictus cordis tidak tampak
-Palpasi        : IC teraba di ICS 5 mid clavicula
-Perkusi       : Pekak, konfigurasi jantung dalam batas normal
-Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan.
h.      Abdomen                         :
-Inspeksi          : warna sawo matang, jaringan parut tidak
terlihat, umbilicus kotor.
                                                -Auskultasi      : 30x/menit
                                                -Perkusi           : thympani
                                                -Palpasi            : tidak ada nyeri tekan
i.        Ekstremitas
Atas
·         Kekuatan otot kanan dan kiri      : 4
·         ROM kanan dan kiri                    : Aktif
·         Perubahan bentuk tulang                         : Tidak ada perubahan bentuk tulang
·         Perabaan Akral                             : Hangat
·         Pitting edema                               : tidak ada
Analisa     : tidak ada kelainan pada ekstremitas.
Bawah
·         Kekuatan otot kanan dan kiri      : 4
·         ROM kanan dan kiri                    : Aktif
·         Perubahan bentuk tulang                         : Tidak ada perubahan bentuk tulang
·         Perabaan Akral                             : Hangat
·         Pitting edema                               : tidak ada
Analisa     : tidak ada kelainan pada ekstremitas bawah.
    V.            PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hari/Tanggal/ Jam
Jenis Pemeriksaan
Keterangan Hasil
Senin, 22 oktober 2012
09.00 WIB
1.     Ro Thorax  
2.     Ro Sinus Paranasal
3.     EKG
Tidak ada bercak-bercak, tidak ada fraktur ic
Penebalan mukosa sinus maksilaris duplek
Tidak ada kelainan jantung
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hari/Tgl/Jam
Jenis Pemeriksaan
Nilai Normal
dan satuan
Hasil
Keterangan
Senin, 22 Oktober 2012
09.00 WIB
GDS
Hb
Leukosit
Eritrosit
Hct
Eosinofil
Basofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
100 s/d 150 mg
14-18 g/dL
5000-10000/mm³
4,5-5,5 juta/mm³
40-43 %
1-3 %
0-1  %
2-6 %
50-70 %
20-40 %
2-8 %
150000-300000 mm³
82-92 mikron 3
27-32 piko gram
32-37 %
127 mg
12.8 g/dL
6000/mm³
4800000/ mm³
42 %
0 %
0 %
0 %
69
27 %
4 %
214000 mm³
88 mikron 3
31 Piko gram
36 %
Normal
Turun
Normal
Normal
Normal
Turun
Normal
Turun
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
 VI.            TERAPI MEDIS
Hari/ Tangga Jam
Jenis Terapi
Dosis
Golongan & Kandungan
Fungsi & Farmakologi
Senin,
22/10/2012
Cairan IV :
-          Infus RL
-          Ranitidin
Obat Peroral :
- Captopril
e)       
- Sohobion  
-    Mertigo
Obat Parenteral
Obat Topikal
16 tpm
25 mg
25 mg
100 mg
6 mg
Cairan elektrolit
Obat saluran cerna
Antihipertensi
Vitamin B
Antineoplastik, Imunosupresan
Keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh
Terapi tukak lambung, mengatasi mual
Mengobati hipertensi ringan s/d sedang
Terapi defisiensi Vit B1, B6, & B12
Mengobati vertigo dan yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan
VII.            ANALISA DATA
No
Hari/tgl/jam
Data Fokus
Problem
Etiologi
TTD
1
Senin,
22-10-2012
09.30 WIB
DS:
pasien mengatakan pusing berputar-putar.
P: nyeri karena vertigo
Q : seperti ditarik-tarik
R : kedua pipi sampai sekitar mata
S : 9
T : Saat duduk / menunduk
DO:
1.      TD : 170/100 mmhg
2.      S : 380C
3.      N : 96x/mnit
4.      RR : 22x/mnit
5.      Pasien tampak meringis kesakitan
6.      Pasien tampak resah
Gangguan rasa nyaman  (nyeri akut)
Agen cedera biologi
2
Senin, 22-10-2012
09.30 WIB
DS :
Pasien mengatakan nafsu makan berkurang, mual muntah, dan lidah terasa pahit serta tidak makan selama 3 hari dan hanya minum air putih.
DO :
A : BB : 64kg, TB : 163 cm,
IMT : 24,08 kgBB
B :
Hct : 42 %
Hb  : 12,8 g/dL
C :
1.      Pasien tampak mual muntah
2.      Turgor kurang elastis
3.      Pasien tampak lemas
4.      Konjungtiva tidak anemis
D : Menghabiskan ¼ porsi makan
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tidak adekuatnya intake makanan
3
Senin,
22-10-2012
09.30 WIB
DS :
Pasien mengatakan susah tidur, tidur siang ±1/2 jam dan  tidur malam hanya 3-5 jam dan mudah terbangun karena nyeri, perasaan setelah bangun masih mengantuk
DO :
1.      TD : 170/100mmhg
2.      S : 38oC
3.      N : 96 x/ mnit
4.      Mata berkantung
5.      Pasien tampak mengantuk
Gangguan pola tidur
Fisiologi (pusing seperti berputar-putar)
4.
Senin,
22-10-2012
09.30 WIB
DS :
Pasien mengatakan pusing seperti berputar-putar dan tambah parah jika digunakan untuk menunduk dan duduk.
DO :
1.      Kerusakan keseimbangan
2.      170/100 mmHg
3.      Agen antihipertensi
4.      Tidak familiar terhadap ruangan
5.      Tidak ada pengawasan saat ke kamar mandi
6.      Tidak ada pegangan menuju kamar mandi
Resiko Jatuh
Gangguan kesesimbangan
N VIII
5.
Senin,
22-10-2012
09.30 WIB
DS :
Pasien mengatakan badanya merasa panas dingin.
DO :
1.      Suhu : 38°C
2.      Akral hangat
3.      Banyak berkeringat
4.      AL : 6000/mm³
Hipertermi
Ketidakefektifan kerja hipotalamus
VIII.            PRIORITAS DIAGNOSA
1.      Resiko jatuh b.d Gangguan keseimbangan N VIII
2.      Hipertermi b.d Ketidakefektifan kerja hipotalamus
3.      Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) b.d Agen cedera biologi
4.      Gangguan pola tidur b.d Fisiologi (nyeri seperti berputar-putar)
5.      Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Tidak adekuatnya intake makanan.
 IX.            RENCANA KEPERAWATAN
No.
Hari/
Tgl/Jam
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan KH
Intervensi
Rasional
TTD
1.
Senin/ 22 oktober 2012/ 10.00 WIB
Resiko jatuh b.d Gangguan keseimbangan N VIII
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah resiko jatuh dapat teratasi dengan kriteria hasil sbb :
1.       Tidak terjadi jatuh atau cidera fisik 
2.      Pasien dapat beraktivitas dan atau ambulasi dengan tenang
3.      Pasien terjaga keamanannya dalam beraktivitas
4.      TD : 140/90 mmHg
5.      Pasien dapat mengenali lingkungan diruangan
1.      Kaji tingkat aktivitas yang dijalani pasien selama di rumah sakit.
2.      Observasi perilaku jalan pasien
3.      Observasi tempat yang biasa dilalui pasien untuk beraktivitas
4.      Naikkan restrain jika perlu
5.      Dampingi pasien saat berjalan
6.      Beritahu pasien dan keluarga akibat dari jatuh
7.      Beritahu pada keluarga pasien untuk tetap menjaga atau mengawasi aktivitas pasien
8.      Ajarkan pada pasien untuk menggunakan alat-alat alternatif dalam beraktivitas
9.      Kolaborasi penggunaan alat bantu untuk beraktivitas
1.      Mengidentifikasi kategori aktivitas yang dijalani pasien.
2.      Karakteristik jalan dapat menentukan keadaan pasien, memerlukan bantuan atau tidak
3.      Keadaan tempat yang kurang baik dapat menimbulkan jatuh
4.      Mengantisipasi terjadinya jatuh saat pasien banyak bergerak
5.      Saat pasien akan jatuh ada yang membantu menopang tubuhnya
6.      Pasien dan keluarga dapat memahami bahaya jatuh
7.      Mengidentifkasi tanda-tanda terjadinya jatuh
8.      Pasien dapat menggunakan perantara untuk berjalan seperti kursi, bed, dll
9.      Keselamatan pasien saat beraktifitas terjaga.
2.
Senin/ 22 oktober 2012/ 10.00 WIB
Hipertermi b.d Ketidakefektifan kerja hipotalamus
Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam masalah hipertermi dapat teratasi dengan kriteria hasil sbb :
1.      Suhu turun menjadi 36-37,5°C
2.      Pasien tidak merasa resah
3.      RR dalam batas normal 18-24x/menit dan tidak mengalami distres dalam pernafasan
1.      Observasi VS pasien 4 jam sekali
2.      Lakukan kompres hangat
3.      Anjurkan untuk memakai baju tipis
4.      Anjurkan asupan cairan oral
5.      Kolaborasi penggunaan obat antipiretik
1.      Tanda-tanda kejang demam dapat diketahui dari VS
2.      Agar tubuh terjadi vasodilatasi dan suhu dapat turun
3.      Memudahkan sirkulasi udara untuk menurunkan suhu
4.      Dehidrasi dapat memperparah hipertermi
5.      Obat penurun suhu tubuh.
3.
Senin/ 22 oktober 2012/ 10.00 WIB
Gangguan rasa nyaman (nyeri akut)  b.d Agen cidera biologi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri dapat diminimalkan dengan KH sbb :
1.      Pasien sudah tidak meringis kesakitan
2.      Skala nyeri menjadi 6
3.      TD : 140/70 mmHg
4.      S : 36-37,50C
5.      N : 60-100x/menit
6.      RR : 18-24x/menit
7.      Pasien merasa nyaman
1.      Kaji nyeri (PQRST)
2.      Kaji keluhan pasien tiap hari
3.      Berikan posisi nyaman sesuai dengan kebutuhan pasien
4.      Ajarkan terapi untuk pengurangan nyeri (mengubah posisi kepala)
5.      Ajarkan tekhnik relaksasi
6.      Kolaborasi dengan pemberian obat analgesik dan mertigo
1.      Mengetahui skala nyeri dan keadaan nyeri secara holistik
2.      Mengetahui tingkat penurunan nyeri untuk sembuh
3.      Posisi yang nyaman dapat sedikit mengubah persepsi nyeri yang dirasa pasien
4.      Kebiasaan mengubah posisi kepala secara bertahap dapat menurunkan nyeri atau pusing.
5.      Dengan teknik relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri
6.      Obat penghilang rasa nyeri dan obat untuk vertigo
4.
Senin/ 22 oktober 2012/ 10.00 WIB
Gangguan pola tidur b.d Fisiologi (pusing yang berputar-putar)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah keperawatan gangguan pola tidur dapat teratasi dengan KH sbb:
1.      Konjungtiva tidak anemis
2.      Mata tidak berkantung
3.      Dapat tidur 4-6 jam
4.      Tidur nyenyak tidak mudah terbangun
5.      Nadi : 60-100 mmHg
6.      TD : 140/90 mmHg
1.      Kaji jumlah jam tidur pasien
2.      Mengobservasi intensitas tidur pasien
3.      Ciptakan lingkungan yang nyaman
4.      Jelasakan pentingnya tidur yang adekuat untuk kesehatan
5.      Beritahu pada keluarga untuk memberikan pijatan yang nyaman saat memulai tidur  
6.      Kolaborasi dengan pemberian sedatif
7.      Diskusikan dengan dokter tentang perlunya meninjau kembali program pengobatan jika berpengaruh pada pola tidur.
1.      Mengetahui berapa jam tidur pasien
2.      Mengetahui tingkat insomnia pasien
3.      Menciptakan suasana rileks yang bisa mempermudah tidur
4.      Karena saat tidur tubuh melakukan metabolisme
5.      Kenyamanan tubuh pasien dapat membantu proses memulai tidur
6.      Untuk membantu tidur pasien
7.      Tidur dapat stabil dan obat tidak membahayakan bagi tubuh pasien
5.
Senin/ 22 oktober 2012/ 10.00 WIB
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak adekuatnya intake makanan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan KH sbb :
1.      Nafsu makan bertambah
2.      BB tidak berkurang
3.      Turgor elastis
4.      Pasien tidak merasa lemas
5.      Makan 1 porsi habis
6.      Tidak ada mual muntah
1.      Pantau intake dan output pada pasien
2.      Timbang BB pasien
3.      Anjurkan makan sedikit tapi sering
4.      Beritahu pada pasien dan keluarga untuk makan makanan yang disukai pasien
5.      Beritahu pasien atau keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal
6.      Ajarkan metode untuk perencanaan makan
7.      Kolaborasi dengan ahli gizi
8.      Laporkan pada dokter jika pasien menolak makan
1.      Mengetahui keseimbangan nutrisi pada tubuh pasien
2.      Untuk memantau BB pasien
3.      Menaikkan BB pasien
4.      Agar nafsu makan pasien bertambah
5.      Selain mendapatkan gizi yang baik hal ini dapat pula menghemat biaya
6.      Melakukan hal-hal yang biasa klien lakukan saat makan agar nafsu makan meningkat
7.      Mengetahui diet pasien dan menentukan makanan yang banyak mengandung gizi yang cukup
8.      Dokter dapat menentukan obat pengganti nutrisi yang cukup dan atau dokter memberikan obat penambah nafsu makan.
    X.            TINDAKAN KEPERAWATAN/IMPLEMENTASI
No
Tgl/jam
No. Dx
Implementasi
Respon klien
TTD
1
Senin, 22-10-2012
10.30 WIB
10.45 WIB
11.30 WIB
13.00 WIB
13.10 WIB
3
3
2
1
1, 2, 3,4
5
4
3
Mengkaji nyeri (PQRST)
Memberikan posisi yang nyaman
Memberikan kompres air hangat
Mengkaji tingkat aktivitas yang dijalani pasien selama di rumah sakit.
Melakukan pemeriksaan TTV
Menganjurkan makan sedikit tapi sering
Menjelaskan pentingnya tidur
Mengajarkan mengubah posisi kepala sesering mungkin sebagai terapi penghilang pusing
S : pasien mengatakan pusing berputar-putar
P : nyeri karena vertigo
Q : seperti di tusuk-tusuk
R : nyeri kedua pipi hingga sekitar mata
S : 9
T : saat duduk/ menunduk
O : -Pasien tampak meringis kesakitan
S : pasien mengatakan lebih nyaman dengan posisi yang diberikan perawat
O: -Pasien terlihat lebih nyaman
     -Pasien tampak tenang
S : Pasien mengatakan mau dikompres
O : Suhu 38,3°C
     Pasien tampak resah
S : Pasien mengatakan saat dirumah sakit hanya tidur dan ke kamar mandi
O : Pasien tampak ingin melakukan aktivitas secara mandiri
S : -
O : suhu 37,9°C
TD : 170/100 mmHg
RR : 22x/menit
N : 86x/menit
S : pasien mengatakan mau melakuakam
O : pasien tampak kooperatif.
S : klien mengatakan ingin tidur tapi sulit.
O : klien tampak mengantuk
     Adanya kantung mata
S : Pasien mengatakan mau mencobanya
O : pasien tampak kooperatif
2
Selasa, 23-10-2012
09.00 WIB
10.00 WIB
11.30 WIB
13.00 WIB
15.10 WIB
16.00 WIB
16.30 WIB
17.55 WIB
3
5
1,2, 3,4
4
4
3
1
1,2, 3,4
5
Memvalidasi nyeri pada pasien
Memantau intake dan output pada pasien
Memberitahu pada pasien dan keluarga untuk makan makanan yang disukai pasien
Melakukan pemeriksaan TTV
Mengobservasi intensitas tidur pasien
Memberitahu pada keluarga untuk memberikan pijatan yang nyaman saat memulai tidur 
Mengajari teknik relaksasi
Mengajarkan pada pasien untuk menggunakan alat-alat alternatif dalam beraktivitas
Melakukan pemeriksaan TTV
Memberikan injeksi Ranitidin. Menganjurkan untuk minum parasetamol per oral.
S : pasien mengatakan nyerinya masih terasa hebat dan seperti berputar-putar
O :  Wajah pasien tampak
       meringis kesakitan
     -Qualitas seperti ditarik-tarik
     -Skala 8
S : pasien mengatakan sudah minum sekitar  3 gelas
O : input cairan ±900 cc
S : Pasien mengatakan ya
O : Pasien tampak kooperatif
S : Pasien mengatakan ya
O : suhu 36,4°C
TD : 150/90 mmHg
RR : 20x/menit
N : 80x/menit
S : pasien mengatakan belum bisa tidur
O : mata pasien masih terlihat berkantung, pasien tampak mengantuk.
S : Istri pasien mengatakan sudah melakukan pijatan
O : Pasien dan keluarga tampak resah
S : Pasien mengatakan mau diajari
O : pasien terlihat kooperatif,
wajah tampak meringis kesakitan  karena nyeri.
S : Pasien mengatakan sudah mengerti
O : Pasien tampak sudah melakukan dan sudah paham
S : -
O : Suhu 38,2 °C
      N : 84x/menit
      TD : 140/80 mmHg
      RR : 22x/menit
S : Pasien mengatakan sedikit sakit saat diinjeksi
O : Ranitidin masuk 25mg/ml
      Paracetamol masuk
      500mg/oral
3
Rabu, 24-12-2012
10.00 WIB
11.20 WIB
12.00 WIB
13.20 WIB
21.10 WIB
3
4
5
1,2,3,4
5
1, 5
3, 4
Memvalidasi nyeri pada pasien
Memvalidasi kemampuan tidur pasien
Memberitahu pasien tentang makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan gizi yang cukup
Melakukan pemeriksaan TTV
Memotivasi pasien untuk tetap makan sesering mungkin.
Memberikan injeksi Mecobalamin 500µg
Menciptakan lingkungan yang nyaman (membaringkan pasien tanpa bantal ditempat tidur dan membersihkan seprei)
S : Pasien mengatakan masih nyeri pada wajahnya dan terasa berputar-putar serta seperti ditarik-tarik
O : Pasien tampak bingung dan kesakitan
Quality : seperti ditarik-tarik
Skala 8
S : Pasien mengatakan semalam bisa tidur tapi dengan bantuan obat tidur
O : Pasien tampak segar, kantung mata tidak ada
 S : Pasien mengatakan sudah cukup mengerti atau paham tentang jenis-jenis makanan tersebut.
O : pasien tampak mengerti,
S : Pasien mengatakan berkenan untuk dilakukan pemeriksaan TTV
O : suhu 37°C ,
TD : 110/70 mmHg
RR : 22X/menit
N  : 88x/menit
S : pasien mengatakan ya
O : Pasien tampak kooperatif.
S : -
O : Pasien tampak kesakitan saat
      diinjeksi
      -Mecobalamin masuk 500µg
      - Pasien tidak alergi obat
        Mecobalamin
S : Pasien merasa lebih baik tapi tetap merasa sedikit nyeri
O : Skala nyeri 7
     Quality : seperti ditarik-tarik
     Sprei bersih
 XI.            CATATAN KEPERAWATAN
Hari/Tgl/Jam
No.Dx
Evaluasi
Ttd
Senin, 22-10-2012
14.00 WIB
1
2
3
4
5
S : Pasien mengatakan belum bisa ke kamar mandi karena pusing
O: Pasien tampak lemah
     Kekuatan otot ekstremitas bawah 3
     Pasien menggunakan bantuan minimal
A : Masalah resiko jatuh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
S : Pasien mengatakan badannya masih panas
O : Suhu 38°C
       N : 86x/menit
      RR : 22x/menit
      TD : 170/100 mmHg
      Akral teraba hangat
A : Masalah hipertermi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (2, 5)
S : Pasien mengatakan masih terasa nyeri atau pusing seperti berputar-putar dan mata seakan-akan tertarik kedalam
O : Pasien tampak bingung, takut, dan cemas
TD : 170/100 mmHg, Suhu 38°C
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (3,4,5)
S : pasien mengatakan masih tidak bisa tidur
O : klien tampak mengantuk, mata berkantung
A : masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (3,4,5)
S : Pasien mengatakan makan selalu tidak habis
O : makan hanya habis ¼ porsi saja (±150 cc/tiap kali makan)
A : Masalah nutrisi belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (5,6,7)
Selasa, 23- 10-2012
20.00 WIB
1
2
3
4
5
S : Pasien mengatakan sudah berjalan sendiri ke kamar mandi
O : kekuatan otot pasien 4
     Pasien tampak semangat dalam berjalan meski menahan
     nyeri/pusing
A : Masalah resiko jatuh belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (2,5,6,7,8)
S : Pasien mengatakan badanya panas lagi
O : Suhu 38,2°C
      Nadi 84x/menit
      RR : 22x/menit
      TD : 140/80 mmHg
A : Masalah hipertermi belum teratasi
P : lanjutkan intervensi (2, 5)
S : Pasien mengatakan masih nyeri di wajah seperti ditarik-tarik
O : klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 8
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (2, 3, 4)
S : Pasien mengatakan tidur tidak nyenyak dan sering terbangun
O : Pasien tampak bingung dan resah
     TD : 140/80 mmHg
     Suhu 38,2 °C
A : Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (3,5,6)
S : Pasien mengatakan nafsu makan meningkat
O : makan habis ½ porsi, tidak ada mual
A : masalah resiko nutrisi sedikit teratasi
P : pertahankan intervensi
Rabu, 24-10-2012
08.00 WIB
1
2
3
4
5
S : Pasien mengatakan ke kamar mandi minta didampingi istrinya karena takut jatuh
O : TD : 110/70 mmHg
      N : 88x/menit
    RR : 22x/menit
A : Masalah resiko jatuh teratasi
P : pertahankan intervensi
S : Pasien mengatakan badanya sudah tidak panas
O : Suhu 37°C
TD : 110/70 mmHg
      N : 88x/menit
    RR : 22x/menit
A : Masalah hipertermi teratasi
P : Pertahankan intervensi
S : Pasien mengatakan masih nyeri dan pusing, apalagi saat digunakan duduk atau berdiri
O : Pasien tampak resah, skala nyeri 7
     TD : 110/60 mmHg
      N : 88x/menit
    RR : 22x/menit
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi (2, 3, 4)
S : Pasien mengatakan sudah dapat tidur meskipun hanya 5
      jam
O : Pasien tampak tidak mengantuk lagi, tidak ada kantung
      mata
     TD : 110/70 mmHg
A : Masalah gangguan pola tidur teratasi
P : Pertahankan intervensi
S : Pasien mengatakan jika makan sudah habis 1 porsi dan tidak mual.
O : Intake meningkat dari ¼ porsi menjadi 1 porsi
A : masalah resiko nutrisi teratasi
P  : Pertahankan intervensi
PATHWAY KONSEP
Otologi                 Neurologik                           Hipertensi            Psikiatrik                             Fisiologi
-Meniere,               -Gangguan Visus                                                 (Depresi, Ansietas               
-Parese N VIII      -MS                                                                        Fobia, Psikosomatis)           Gangguan
-Otitis media         -Ggn Serebelum                                                                                                   keseimbangan

Menyerang           N. III, IV, VI terganggu                                      tekanan darah                     Mual, muntah
Telinga bagian                                                                                     naik turun
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Dalam                    mata menjadi kabur
                                                                                                                Diteruskan ke
Tinitus                    keseimbangan terganggu                                   pembuluh darah telinga
Gangguan persepsi sensori pendengaran
                                Tidak mampu berfokus pada                           Pasokan darah
                                Pikiran                                                                   ke N.VIII tidak stabil
                                                                                                                Keseimbangan terganggu
Gangguan proses fikir

                Bakteri menginfasi SSP
Intoleransi aktivitas
               
                Menyebar ke N. VIII
Resiko Jatuh
                N.VIII terganggu

                Sempoyongan
BAB IV
PEMBAHASAN
A.    Pengkajian
Dilakukan dengan cara wawancara.Menggali informasi dari pasien langsung (Autoanamnesa) dan informasi dari keluarga pasien (Alloanamnesa) serta dengan data-data dari rekam medik pasien yang selalu digunakan dalam segala aspek atau tindakan yang pernah dilakukan terhadap pasien.
Menurut Prof.Dr.Zullies Ikawati, Apt Vertigo disebabkan karena gangguan keseimbangan di telinga bagian dalam atau mungkin di otak. Bentuk paling sering dari vertigo adalah Benign Paroxymal Positional Vertigo (BPPV), yaitu adanya ilusi gerakan yang disebabkan oleh gerakan kepala secara mendadak atau gerakan kepala ke arah tertentu. Jenis seperti ini umumnya tidak berat dan dapat teratasi. Pada umunya penderita akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri atau lingkungan yang berputar. Selain itu, kadang ada juga yang disertai gejala mual muntah, berkeringat, dan gerakan mata yang abnormal. Gejala ini bisa terjadi dalam satuan menit atau jam, dapat bersifat konstan atau episodik (kadang-kadang). Ada pula yang merasakan telinga berdenging, gangguan penglihatan, lemah, sulit bicara, atau kesulitan berjalan(Ikawati, 2010)
Namun pada pasien yang menjadi kasus kelolaan ini mengalami pusing yang berputar-putar serta bagian sekitar mata seperti ditarik-tarik kedalam. Suhu tubuh yang selalu tinggi dan derajat angkanya naik turun tapi tetap konstan termasuk kedalam hipertermi. Pasien merasakan tubuhnya menggigil dan banyak mengeluarkan keringat. Selama sakit nafsu makan pasien turun, hal itu dikarenakan adanya mual muntah yang dirasa pasien. Lima hari pasien hanya minum air putih dan enggan untuk mengkonsumsi nasi. Herannya dengan kondisi lemah yang dialami pasien ini masih dapat melakukan ADL secara mandiri, meskipun nyeri (pusing) yang dialami ini lebih hebat dari nyeri yang dialami sebelumnya. Pasien juga memiliki riwayat pengobatan penyakit sinus yang dideritanya sejak beberapa tahun yang lalu.
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan vertigo meliputi :
1.      Nistagmus
2.      Pemeriksaan neurologis dengan perhatian khusus pada :
a)      Posturografi : tes Romberg yang dipertajam, past-pointing test, Manuver Nylen-Barany atau Dix-Hallpike
b)      Tes kalorik
c)      Saraf-saraf kranal
d)     Fungsi motorik dan sensorik
3.      Pemeriksaan penunjang meliputi :
a)      Laboratorium : darah lengkap, profil lipid, asam urat, dan hemostasis
b)      Foto Rontgen servikal
c)      Neurofisiologi sesuai indikasi : EEG (elektroensefalografi), ENG (elektronistagmografi), EMG (elektromiografi), BAEP (Brainstem Auditory Evoked Potential) dan audiometri
d)     Neuroimaging seperti CT scan, MRI, dan ateriografi untuk mengetahui keadaan lesi atau tidaknya bagian kepala yang mempengaruhi saraf.
(Dewanto, dkk.2009)  
Pada pasien kelolaan hanya dilakukan pemeriksaan rontgen dan laboratorium untuk mendukung diagnosa pada pasien, karena dilihat dari tanda-tanda yang ada pasien positif menderita vertigo.
B.     Diagnosa
Setiap pasien dengan vertigo pasti memiliki keluhan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Namun sebagian besar pasien mengalami kejadian yang sama. Untuk keluhan yang berbeda akan memunculkan diagnosa keperawatan yang berbeda pula. Berikut adalah diagnosa keperawatan utama pada pasien dengan vertigo
1.      Risiko terhadap cedera berhubungan dengan perubahan mobilitas karena gangguan cara berjalan dan vertigo.
2.      Kerusakan penyesuaian berhubungan dengan ketidakmampuan merubah gaya hidup yang diperlukan karena sifat vertigo yang tidak dapat diperkirakan
3.      Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan haluaran cairan, perubahan masukan, dan obat.
4.      Kurang perawatan diri : makan, mandi/higiene, berpakaian/berdandan, toileting, berhubungan dengan disfungsi labirin dan episode vertigo.
5.      Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap, atau perubahan pada status kesehatan dan efek ketidakmampuan dari vertigo. (Baughman,2000)
Dari berbagai diagnosa diatas hanya ada satu yang sesuai dengan diagnosa keperawatan pada pasien kasus kelolaan yaitu risiko terhadap cedera. Namun diagnosa lain bertolak belakang. Karena pada kasus kelolaan muncul diagnosa sebagai berikut :
1.      Resiko jatuh b.d Gangguan keseimbangan N VIII
Diagnosa ini diambil karena pada pasien selalu aktif untuk melakukan ADL sendiri seperti ke kamar mandi yang dilakukan secara mandiri tanpa ada seseorang yang mengawalnya. Sehingga resiko kemungkinan untuk jatuh sangat besar terkait dengan kondisi pasien yang lemah dan merasa pusing seperti berputar.
2.      Hipertermi b.d Ketidakefektifan kerja hipotalamus
Pada pasien mengalami panas dan keluar keringat dingn serta suhu tubuh pasien selalu tinggi.
3.      Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) b.d Agen cedera biologi
Kemungkinan pada pasien terjadi cedera pada bagian syarafnya karena dari hasil pemeriksaan Rontgen sinus mengalami penebalan dan kemungkinan dapat menganggu saraf nervus vestibularis sehingga timbul nyeri tiba-tiba dan terjadi vertigo.
4.      Gangguan pola tidur b.d Fisiologi (nyeri seperti berputar-putar)
Karena tingkat nyeri yang skalanya tinggi (skala nyeri pasien 9). Sangat mengganggu pola tidur pasien. Pasienpun susah untuk memulai tidur. Bahkan tidur malam hanya dirasakan kurang lebih 2 jam saja.
5.      Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Tidak adekuatnya intake makanan.
Timbulnya mual disertai muntah menjadi alasan utama untuk menegakan diagnosa resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Selain itu disertai adanya intake yang tidak stabil karena pasien hanya minum banyak dan tidak makan selama lima hari.
C.    Pathway Kasus
Bakteri/Virus masuk saluran nafas (hidung)
Sinusitis
Penebalan sinus maksilaris
Bakteri masuk melalui                                    
Saluran Eustacius                                 Mengganggu jaringan sekitar sinus


 

Menuju koklea ditelinga          nyeri pada pipi                                     mengganggu jaringan sekitar mata
                                                Dan sekitar mata
Gangguan Pola Tidur
 
Nyeri Akut
 
Vestibularis terganggu                                                              mata menjadi kabur dan
                                                                                                Timbul kekakuan
Inflamasi                                                                    
                                                                                                Gerak bola mata menjadi lambat
Suhu tubuh                              Keseimbangan terganggu
meningkat                                                                                Pusing berputar
Hipertermi
 
                                                Jalan sempoyongan                
                                                                                                Respon fisiologis
Resiko Jatuh
 
                                   
                                                                                                Mual & muntah
                                                                                                Nafsu makan turun     


Resiko Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
 
 

D.    Intervensi
Sasaran pasien mencakup tetap bebas dari setiap cedera yang berkaitan dengan ketidakseimbangan dan atau jatuh : menyesuaikan pada modifikasi gaya hidup untuk mengurang ketidakmampuan dan menguatkan kontrol dan kemandirian, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, tidak mengalami ansietas yang berkelanjutan serta mampu untuk melakukan ADL (Baughman, 2000)
Pada rencana keperawatan lebih menekankan pada rencana keperawatan untuk mengatasi diagnosa yang muncul lebih dominan. Perawat lebih mengutamakan tindakan mandiri perawat daripada tindakan kolaborasi. Meskipun tindakan mandiri perawat lebih kecil presentase untuk mencapai keberhasilan, namun jika tetap dilakukan secara berangsur-angsur akan menciptakan kesembuhan atau sedikit teratasinya keluhan yang muncul.
Pada pasien kasus kelolaan lebih diutamakan untuk mengatasi resiko jatuh karena bahaya dari jatuh akan memunculkan komplikasi yang serius pada pasien serta menambah keluhan yang dirasa pasien. Untuk mengatasi nyeri (pusing) dilakukan setelah hipertermi dapat teratasi. Karena lebih mudah mengatasi hipertermi daripada nyeri yang muncul. Untuk mengatasi nyeri (pusing) akan dilakukan proses terapi sederhana. Gangguan pola tidur akan dilakukan tindakan pemberian lingkungan yang nyaman dan resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh akan lebih ditekankan pada pemberian pendidikan kesehatan pada pasien untuk mengubah kebiasaan makan serta pemberian motivasi tetap makan karena kesembuhan dimulai dari nutrisi yang baik.
E.     Implementasi
Pada kasus vertigo sentral, karena disebabkan gangguan vaskuler, penatalaksanaanya sesuai dengan tatalaksana pada kasus stroke. Pada vertigo penatalaksanaanya terdiri dari terapi kausal, terapi simtomatik, terapi rehabilitasi yaitu dengan menggunakan metode Brand-Daroff, serta dilakukan operasi. Prosedur operasi dilakukan bila proses reposisi kanalis tidak berhasil. Berikut contoh-contoh obat antivertigo :
1.      Penyekat Kalsium : Flunarisin 5-10 mg diberikan 1x sehari, Sinarisin 25 mg diberikan 3x sehari.
2.      Antihistamin : Prometasin 25-50 mg diberikan 3x sehari, Dimenhidrat 50 mg diberikan 3x sehari.
3.      Antikolenergik : Skopolamin 0,6 mg diberikan 3x sehari, Atropin 0,4 mg diberikan 3x sehar.
4.      Monoaminergik : Amfetamin 5-10 mg diberikan 3x sehari, Efedrin 25 mg diberikan 3x sehari.
5.      Phenotiazine : Proklorperasin 3 mg diberikan 3x sehari, Klorperasin 25 mg diberikan 3x sehari
6.      Benzodiazepin : Diazepam 2-5 mg diberikan 3x sehari.
(Dewanto, 2009.Hal.113-114)
Penatalaksanaan diet diberikan minuman atau makanan rendah natrium yaitu 2000 mg per hari. Selan itu dianjurkan untuk menghindari alkohol, nikotin, dan kafein. Sedangkan penatalaksanaan bedah dilakukan 3 cara yaitu : Dekompresi atau pirai kantung endolimfatik, Labirinektomi (penghancuran telinga dalam), dan terakhir dilakukan pembedahan Seksi saraf vertibular (saraf kranial ke-8). (Baughman, 2000)
Sedangkan pada pasien ini selain diberikan tindakan mandiri perawat pasien juga diberikan terapi farmakologi. Terapi yang diberikan antara lain :
Jenis Terapi
Dosis
Golongan & Kandungan
Fungsi & Farmakologi
Cairan IV :
-          Infus RL
-          Ranitidin
Obat Peroral :
- Captopril
b)       
- Sohobion 
-    Mertigo
16 tpm
25 mg
25 mg
100 mg
6 mg
Cairan elektrolit
Obat saluran cerna
Antihipertensi
Vitamin B
Antineoplastik, Imunosupresan
Keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh
Terapi tukak lambung, mengatasi mual
Mengobati hipertensi ringan s/d sedang
Terapi defisiensi Vit B1, B6, & B12
Mengobati vertigo dan yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan
Terapi diatas diberikan menurut keluhan yang dialami pasien dan hanya ada satu obat antivertigo yaitu mertigo yang menjadi terapi utama penangan vertigo.
F.     Evaluasi
Pada pasien vertigo yang dikelola setelah dilakukan tindakan keperawatan berikut dengan kolaborasi yang diberikan, diagnosa keperawatan yang dapat teratasi meliputi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, hipertermi, gangguan pola tidur, dan resiko jatuh pada pasien dapat diantsipasi. Sedangkan diagnosa yang belum dapat teratasi adalah masalah nyeri atau pusing yang berputar-putar. Pasien mengatakan bahwa nyerinya akan hilang sejenak setelah diberikan suntikan, namun setelah itu nyeri akan kembali dan akan lama dirasakan oleh pasien.
BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Setiap penyakit yang sama memiliki manifestasi yang berbeda-beda. Seperti halnya pada penyakit vertigo ini yang memunculkan diagnosa keperawatan yang berbeda karena setiap diagnosa yang ditegakkan diambil dari dasar keluhan pasien. Teori dan praktek adalah hal yang berhubungan, jika pada berbagai literatur telah disampaikan mengenai penyakit vertigo yang memberikan tanda dan gejala sesuai penyakit. Ternyata sebagian besar tanda dan gejala itu sama dengan realitas yang ada. Namun menurut pendapat prof.Dr.Zullies Ikawati, Apt yang mengatakan bahwa vertigo dengan jenis pusing yang berputar dapat diatasi dengan mudah mungkin beda penatalaksanaanya. Bukti nyata pasien dengan vertigo BPPV tidak mudah untuk disembuhkan. Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya dan sempat sembuh tapi tidak dapat sembuh total. Pasien telah diberikan berbagai obat selama kurang lebih satu minggu untuk mengatasi pusing yang dideritanya namun hasilnya pasien tetap merasa pusing, meskipun pusing yang dideritanya sedikit turun.
B.     Saran
Pasien dengan penyakit apapun pasti ada kalanya obat yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut. Oleh karenanya jika pasien dengan vertigo ini sulit untuk disembuhkan hendaknya setiap tindakan keperawatan baik mandiri perawat maupun kolaborasi harus dilakukan secara bertahap dan jangan sampai berhenti. Pasien vertigo ini telah merasakan nyeri atau pusingnya sedikit turun setelah diberikan injeksi. Dari informasi pasien tersebut kita dapat memberikan terapi obat injeksi sesuai yang telah diberikan pada pasien agar nyeri yang dirasakan tidak kembali ke episode nyeri awal yang dirasakan.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C.2000.Keperawatan Medikal-Bedah Buku Saku dari Brunner & Suddarth.Jakarta : EGC
Dewanto, George...[et al.].2009.Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf.Jakarta : EGC
Ikawati, Zullies.2010.Resep Hidup Sehat.Yogyakarta : Kanisius  
Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Alih bahasa.Jakarta : Prima Medika 
Wilkinson, Judith M.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC
Share:

0 comments: