A. LATAR
BELAKANG
Kita kehilangan sekitar 1 gram sel kulit setiap harinya karena gesekan kullit
pada baju dan aktifitas hygiene yang dilakukan setiap hari seperti mandi. Ulkus
dekubitus dapat terjadi pada setiap tahap umur tetapi hal ini merupakan
masalah yang khusus pada lansia. Khususnya pada klien Imobilitas. Seseorang
yang tidak inmobilitas yang tidak berbaring ditempat tidur sampai
berminggu-minggu tanpa terjadi ulkus dekubitus karena dapat berganti posisi
beberapa kali dalam sejam. Penggantian posisi ini, biarpun hanya bergeser,
sudah cukup hanya mengganti bagian tubuh yang kintak dengan alas tempat tidur.
Sedangkan imobilitas berlangsung lama. Terjadinya ulkus disebabkan aliran darah
stempat, dan juga keadaan umum si penderita.
Luka dekubitus adalah sesuatu masalah bagi
populasi pasien dirawat dirumah sakit atau dirumah perawatan lainnya.
Pasien-pasien tersebut memiliki resiko untuk mengalami terjadinya luka
dekubitus selama perawatan. Insiden dan pravalensi terjadinya luka dekubitus
pada populasi ini di Amerika Serikat cukup tinggi untuk mendapatkan perhatian
dari kalangan tenaga keseha
1.
PENGERTIAN
Ulkus dekubitus merupakan nekrosis jaringan
local yang cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan di antara tonjolan
tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu lama (National Pressure
Ulcer Advisory Panel [NPUAP], 1989a, 1989b).
Sebuah definisi baru
telah diajukan di Konferensi Nasional NPUAP ke-4 (1995a). Margolis (1995)
menyebutkan “definisi terbaik dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan
fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan
penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan waktu biasa. Selanjutnya,
gangguan ini terjadi pada individu yang berada di atas kursi atau di atas
tempat tidur , sering kali pada inkontinensia dan malnutrisi ataupun individu
yang mengalami kesulitan makan sendiri, serta mengalami gangguan tingkat
kesadaran.”
Dekubitus sering
disebut ulkus dermal / ulkus dekubitus atau luka tekan terjadi akibat tekanan
yang sama pada suatu bagian tubuh yang mengganggu sirkulasi (Harnawatiaj,
2008).
Dekubitus adalah
Kerusakan lokal dari kulit dan jaringan dibawah kulit yang disebabkan penekanan
yang terlalu lama pada area tersebut (Ratna Kalijana, 2008)
Ulkus decubitus adalah suatu daerah yang mati
jaringan disebabkan karena kurangnya aliran darah didaerah yang bersangkutan.
Decubitus berasal dari bahasa latin yang artinya berbaring. Berbaring tidak
selalu menyebabkan terjadinya luka baring. Karena itu sebagian orang lebih
menyukai istilah luka tekan ( pressure sore) karena tekananlah yang merupakan
penyebab utama terjadinya ulkus decubitus(Wolf. Weitzel & Fuerst
(1989: 354) dalam Dasar – dasar Ilmu Keperawatan)
2.
ETIOLOGI
Luka Dekubitus
disebabkan oleh kombinasi dari faktor ekstrinsik dan intrinsik pada pasien.
a. Faktor
Ekstrinsik
v Tekanan : kulit dan
jaringan dibawahnya tertekan antara tulang dengan permukaan keras lainnya,
seperti tempat tidur dan meja operasi. Tekanan ringan dalam waktu yang lama
sama bahayanya dengan tekanan besar dalam waktu singkat. Terjadi gangguan
mikrosirkulasi lokal kemudian menyebabkan hipoksi dan nekrosis. tekanan antar
muka ( interface pressure). Tekanan antar muka adalah kekuatan per unit area
antara tubuh dengan permukaan matras. Apabila tekanan antar muka lebih besar
daripada tekanan kapiler rata rata, maka pembuluh darah kapiler akan mudah
kolap, daerah tersebut menjadi lebih mudah untuk terjadinya iskemia dan nekrotik.
Tekanan kapiler rata rata adalah sekitar 32 mmHg.
v Gesekan dan pergeseran :
gesekan berulang akan menyebabkan abrasi sehingga integritas jaringan rusak.
Kulit mengalami regangan, lapisan kulit bergeser terjadi gangguan
mikrosirkulasi lokal.
v Kelembaban : akan
menyebabkan maserasi, biasanya akibat inkontinensia, drain dan keringat.
Jaringan yang mengalami maserasi akan mudah mengalami erosi. Selain itu
kelembapan juga mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan (friction) dan
perobekan jaringan (shear). Inkontinensia alvi lebih signifikan dalam
perkembangan luka tekan daripada inkontinensia urin karena adanya bakteri dan
enzim pada feses dapat merusak permukaan kulit.
v Kebersihan tempat tidur,
alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medik yang menyebabkan
klien terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga memudahkan terjadinya
dekubitus.
b. Fase
Intrinsik
v Usia : pada usia lanjut akan terjadi penurunan elastisitas dan
vaskularisasi. Pasien yang sudah tua memiliki resiko yang tinggi untuk terkena luka tekan
karena kulit dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan. Penuaan
mengakibatkan kehilangan otot, penurunan kadar serum albumin, penurunan respon
inflamatori, penurunan elastisitas kulit, serta penurunan kohesi antara
epidermis dan dermis. Perubahan ini berkombinasi dengan faktor penuaan lain
akan membuat kulit menjadi berkurang toleransinya terhadap tekanan, pergesekan,
dan tenaga yang merobek. Selain itu, akibat dari penuaan adalah
berkurangnya jaringan lemak subkutan, berkurangnya jaringan kolagen dan
elastin. menurunnya efesiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit
menjadi lebih tipis dan rapuh.
v . Penurunan sensori persepsi : Pasien dengan
penurunan sensori persepsi akan mengalami penurunan untuk merasakan sensari
nyeri akibat tekanan diatas tulang yang menonjol. Bila ini terjadi dalam
durasi yang lama, pasien akan mudah terkena luka tekan. karena nyeri merupakan
suatu tanda yang secara normal mendorong seseorang untuk bergerak. Kerusakan
saraf (misalnya akibat cedera, stroke, diabetes)
dan koma bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk merasakan
nyeri.
v Penurunan kesadaran : gangguan neurologis, trauma, analgetik narkotik.
v Malnutrisi : Orang-orang yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi)
tidak memiliki lapisan lemak sebagai pelindung dan kulitnya tidak mengalami
pemulihan sempurna karena kekurangan zat-zat gizi yang penting.
Karena itu klien malnutrisi juga memiliki resiko tinggi menderita ulkus dekubitus. Selain itu, malnutrisi dapat gangguan penyembuhan luka. Biasanya berhubungan dengan hipoalbumin. Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya diidentifikasi sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan. Menurut penelitian Guenter (2000) stadium tiga dan empat dari luka tekan pada orang tua berhubungan dengan penurunan berat badan, rendahnya kadar albumin, dan intake makanan yang tidak mencukupi.
Karena itu klien malnutrisi juga memiliki resiko tinggi menderita ulkus dekubitus. Selain itu, malnutrisi dapat gangguan penyembuhan luka. Biasanya berhubungan dengan hipoalbumin. Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi umumnya diidentifikasi sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan. Menurut penelitian Guenter (2000) stadium tiga dan empat dari luka tekan pada orang tua berhubungan dengan penurunan berat badan, rendahnya kadar albumin, dan intake makanan yang tidak mencukupi.
v Mobilitas dan aktivitas : Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan
mengontrol posisi tubuh, sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah.
Pasien yang berbaring terus menerus ditempat tidur tanpa mampu untuk merubah
posisi beresiko tinggi untuk terkena luka tekan. Orang-orang yang tidak dapat
bergerak (misalnya lumpuh, sangat lemah, dipasung). Imobilitas adalah faktor
yang paling signifikan dalam kejadian luka tekan.
v Merokok : Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah
dan memiliki efek toksik terhadap endotelium pembuluh darah. Menurut hasil
penelitian Suriadi (2002) ada hubungaan yang signifikan antara merokok dengan
perkembangan terhadap luka tekan.
v Temperatur kulit : Menurut hasil penelitian Sugama (1992) peningkatan
temperatur merupakan faktor yang signifikan dengan resiko terjadinya luka
tekan.
v Kemampuan
sistem kardiovaskuler menurun, sehingga perfusi kulit menurun.
v Anemia
v Hipoalbuminemia, beresiko tinggi terkena dekubitus dan memperlambat
penyembuhannya.
v Penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah juga mempermudah terkena
dekubitus dan memperburuk dekubitus.
3.
PATHOFISIOLOGI
Tiga elemen yang
mendasar terjadi dekubitus yaitu :
1.
Intensitas tekanan dan tekanan yang menutup kapiler (Landis,1930)
2.
Durasi dan besarnya tekanan (Koziak,1959)
3.
Toleransi jaringan (Husain, 1953;Trumble, 1930)
Dekubitus terjadi sebagai hubungan antara waktu dengan tekanan(Stotts, 1988). Semakin
besar tekanan, maka semakin besar pula insiden terbentuknya luka. Kulit dan
jaringan subkutan dapat mentoleransi beberapa tekanan. Tapi pada tekanan
eksternal terbesar daripada tekanan dasar kapiler akan menurunkan atau
menghilangkan aliran darah ke dalam jaringan sekitarnya. Jaringan ini menjadi
hipoksia sehingga terjadi cedera iskemia. Jika tekanan ini lebih besar dari
32mmHg dan tidak dihilangkan dari tempat yang mengalami hipoksia, maka pembuluh
darah kolaps dan thrombosis (Maklebust,1987). Jika tekanan dihilangkan sebelum
titik kritis maka sirkulasi pada jaringan tersebut akan pulih kembali melalui
mekanisme fisiologis hyperemia reaktif.”karena kulit mempunyai kemampuan yang
lebih besar untuk mentoleransi iskemia dari otot, maka dekubitus dimulai di
tulang dengan iskemia otot yang berhubungan dengan tekanan yang akhirnya
melebar ke epidermis”(Maklebust, 1995)
Pembentukan dekubitus
juga berhubungan dengan adanya gaya gesek yang terjadi saat menaikan posisi
klien di atas tempat tidur . Efek tekanan juga dapat ditingkatkan oleh
distribusiberat badan yang tidak merata. Jika tekanan tekanan tidak
terdistribusi secara merata pada tubuh maka gradien tekanan jaringan yang
mendapatkan tekanan akan meningkat. Metabolisme sel kulit di titik tekanan
mengalami gangguan. Respon kompensasi jaringan terhadap iskemi yaitu hyperemia
reaktif memungkinkan jaringan iskemia dibanjiri dengan darah ketika tekanan
dihilangkan. Peningkatan aliran darah meningkatkan pengiriman oksigen dan
nutrient ke dalam jaringan. Gangguan metabolic yang disebabkan oleh tekanan dapat
kembali normal. Hyperemia reaktif akan efektif hanya apabila tekanan
dihilangkan sebelum terjadi kerusakan. Beberapa penelitian merasa bahwa
interval sebelum terjadi kerusakan berkisar antara 1 sampai 2 jam. Tetapi, hal
ini interval waktu subjectif, dan tidak berdasarkan data pengkajian klien.
4.
PATWAY
5.
MANIFESTASI KLINIK
Terjadi pada pasien-pasien paraplegia, quadriplegia, spina bifida, multipel
sklerosis dan imobilisasi lama di rumah sakit. Selain itu, factor lain perlu diketahui dari riwayat penderita meliputi onset, durasi, riwayat pengobatan sebelumnya, perawatan luka, riwayat operasi sebelumnya, status gizi dan perubahan berat badan, riwayat alergi, konsumsi alkohol, merokok serta keadaan sosial ekonomi penderita. Anamnesa sistem termasuk di dalamnya antara lain demam, keringat malam, spasme (kaku), kelumpuhan, bau, nyeri (Arwaniku, 2007). Menurut NPUAP ( National Pressure Ulcer Advisory Panel ).
sklerosis dan imobilisasi lama di rumah sakit. Selain itu, factor lain perlu diketahui dari riwayat penderita meliputi onset, durasi, riwayat pengobatan sebelumnya, perawatan luka, riwayat operasi sebelumnya, status gizi dan perubahan berat badan, riwayat alergi, konsumsi alkohol, merokok serta keadaan sosial ekonomi penderita. Anamnesa sistem termasuk di dalamnya antara lain demam, keringat malam, spasme (kaku), kelumpuhan, bau, nyeri (Arwaniku, 2007). Menurut NPUAP ( National Pressure Ulcer Advisory Panel ).
Luka tekan
dibagi menjadi empat stadium ,yaitu :
· Stadium 1 : Ulserasi terbatas pada epidermis dan dermis dengan eritema pada kulit.
Penderita dengan sensibilitas baik akan mengeluh nyeri, stadium ini biasanya
reversible dan dapat sembuh dalam 5-10 hari.
Tanda dan
Gejala : Adanya
perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila dibandingkan dengan kulit
yang normal, maka akan tampak salah satu tanda sebagai berikut: perubahan
temperatur kulit (lebih dingin atau lebih hangat), Perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak), Perubahan
sensasi (gatal atau nyeri), Pada orang yang berkulit putih, luka mungkin
kelihatan sebagai kemerahan yang menetap. Sedangkan pada yang berkulit gelap,
luka akan kelihatan sebagai warna merah yang menetap, biru atau ungu.
· Stadium 2 : Ulserasi mengenai dermis, epidermis dan meluas ke jaringan adiposa
terlihat eritema dan indurasi serta kerusakan kulit partial (epidermis dan
sebagian dermis) ditandai dengan adanya lecet dan lepuh . Stadium ini dapat
sembuh dalam 10-15 hari.
Tanda dan Gejala : Hilangnya sebagian
lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau keduanya. Cirinya adalah
lukanya superficial, abrasi, melempuh, atau membentuk lubang yang dangkal.
· Stadium 3 : Ulserasi meluas sampai ke lapisan lemak subkulit dan otot sudah mulai
terganggu dengan adanya edema dan inflamasi, infeksi akan hilang struktur
fibril. Kerusakan seluruh lapisan kulit sampai subkutis, tidak melewati fascia.
Biasanya sembuh dalam 3-8 minggu.
Tanda dan Gejala : Hilangnya lapisan kulit
secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari jaringn subkutan atau
lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat seperti
lubang yang dalam.
· Stadium 4 : Ulserasi dan nekrosis meluas mengenai fasia,otot serta sendi. Dapat sembuh
dalam 3-6 bulan.
Tanda dan Gejala :
Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan
kerusakan yang luas, nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau
tendon. Adanya lubang yang dalam serta saluran sinus juga termasuk dalam
stadium IV dari luka tekan.
6.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a) Kultur :
pertumbuhan mikroorganisme tiruan atau sel – sel jaringan.
b) Albumin
serum : protein utama dalam plasma dan cairan serosa lain.
7. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan
luka decubitus
2. Penerangan
untuk pasien dan keluarga
3. Bila ulkus
kecil dapat sembuh sendiri bila faktor penyebab dihilangkan.
4. Usaha
pencegahan keadaan yang lebih buruk.
5. Mengurangi
tekanan dengan cara mengubah posisi selama 5 menit setiap 2 jam.
6. Menggunakan
alas tidur yang empuk, kering dan kebersihan kulit dijaga jangan sampai
kotor karena urin dan feses.
7. Terapi
obat :
· Obat
antibacterial topical untuk mengontrol pertumbuhan bakteri
· Antibiotik
prupilaksis agar luka tidak terinfeksi
8. Terapi diet
Agar terjadi proses
penyembuhan luka yang cepat, maka nutrisi harus adekuat yang terdiri dari
kalori, protein, vitamin, mineral dan air. Penatalaksanaan klien dekubitus
memerlukan pendekatan holistic yang menggunakan keahlian pelaksana yang
berasala dari beberapa disiplin ilmu kesehatan (AHCPR, 1994; Olshansky, 1994)
Gambaran keseluruhan dekubitus akan menjadi dasar pembuatan pohon
pengangambilan keputusan yang digunakan untuk menentukan rencana tindakan
(AHCPR, 1994, Maklebust dan Siegreen, 1991).
8.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan
darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam
post prandial > 200 mg/dl.
2.
Urine
Pemeriksaan
didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau
( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ )
3.
Kultur pus
4.
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan
jenis kuman.
9.
PENGOBATAN
Pengobatan ulkus dekubitus dengan pemberian bahan topikal, sistemik ataupun
dengan tindakan bedah dilakukan sedini mungkin agar reaksi penyembuhan terjadi
lebih cepat. Pada pengobatan ulkus dekubitus ada beberapa hal yang perlu
diperhatkan antara lain :
1. Mengurangi
tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus. Secara umum sama dengan tindakan
pencegahan yang sudah dibicarakan di tas. Pengurangan tekanan sangat penting
karena ulkus tidak akan sembuh selama masih ada tekanan yang berlebihan dan
terus menerus.
2. Mempertahankan
keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya. Keadaan tersebut akan
menyebabkan proses penyembuhan luka lebih cepat dan baik. Untuk hal tersebut
dapat dilakukan kompres, pencucian, pembilasan, pengeringan dan pemberian
bahan-bahan topikal seperti larutan NaC10,9%, larutan H202 3% dan NaC10,9%,
larutan plasma dan larutan Burowi serta larutan antiseptik lainnya.
3. Mengangkat
jaringan nekrotik. Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan menghambat aliran
bebas dari bahan yang terinfeksi dan karenanya juga menghambat pembentukan
jaringan granulasi dan epitelisasi. Oleh karena itu pengangkatan jaringan
nekrotik akan memper-cepat proses penyembuhan ulkus.
Terdapat 3
metode yang dapat dilakukan antara lain :
a.
Sharp dbridement (dengan pisau, gunting dan lain-lain).
b. Enzymatic
debridement (dengan enzim proteolitik, kolageno-litik, dan fibrinolitik).
c.
Mechanical debridement (dengan tehnik pencucian, pembilasan, kompres dan
hidroterapi)
4. Menurunkan
dan mengatasi infeksi, perlu pemeriksaan kultur dan tes resistensi. Antibiotika
sistemik dapat diberikan bila penderita mengalami sepsis, selulitis. Ulkus yang
terinfeksi hams dibersihkan beberapa kali sehari dengan larutan antiseptik
seperti larutan H202 3%, povidon iodin 1%, seng sulfat 0,5%. Radiasi
ultraviolet (terutama UVB) mempunyai efek bakterisidal.
5. Merangsang
dan membantu pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi. Hal ini dapat
dicapai dengan pemberian antara lain :
· Bahan-bahan
topikal misalnya : salep asam salisilat 2%, preparat seng (Zn 0, Zn SO
· Oksigen
hiperbarik; selain mempunyai efek bakteriostatik terhadap sejumlah bakteri,
juga mempunyai efek proliferati epitel, menambah jaringan granulasi dan memperbaiki
keadaan vaskular.
· Radiasi
infra merah, short wave diathermy, dan pengurutan dapat membantu penyembuhan
ulkus karena adanya efek peningkatan vaskularisasi.
· Terapi
ultrasonik; sampai saat ini masih terus diselidiki manfaatnya terhadap terapi
ulkus dekubitus
6. Tindakan
bedah selain untuk pembersihan ulkus juga diperlukan untuk mempercepat
penyembuhan dan penutupan ulkus, terutama ulkus dekubitus stadium III & IV
dan karenanya sering dilakukan tandur kulit ataupun myocutaneous flap.
10. PENCEGAHAN
Pencegahan ulkus
dekubitus adalah hal yang utama karena pengobatan ulkus dekubitus membutuhkan
waktu dan biaya yang besar. Tindakan pencegahan dapat dibagi menjadi :
a.
Umum :
· Pendidikan
kesehatan tentang ulkus dekubitus bagi staf medis, penderita dan keluarganya.
· Pemeliharaan
keadaan umum dan higiene penderita.
b.
Khusus :
· Mengurangi/menghindari
tekanan luaryang berlebihan pada daerah tubuh tertentu dengan cara : perubahan
posisi tiap 2 jam di tempat tidur sepanjang 24 jam. melakukan push up secara
teratur pada waktu duduk di kursi roda. pemakaian berbagai jenis tempat tidur,
matras, bantal anti dekubitus seperti circolectric bed, tilt bed, air-matras;
gel flotation pads, sheepskin dan lain-lain.
· Pemeriksaan
dan perawatan kulit dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore), tetapi dapat
lebih sering pada daerah yang potensial terjadi ulkus dekubitus. Pemeriksaan
kulit dapat dilakukan sendiri, dengan bantuan penderita lain ataupun
keluarganya. Perawatan kulit termasuk pembersihan dengan sabun lunak dan
menjaga kulit tetap bersih dari keringat, urin dan feces. Bila perlu dapat
diberikan bedak, losio yang mengandung alkohol dan emolien.
11. PENGELOLAAN
DEKUBITUS
Pengelolaan dekubitus diawali dengan
kewaspadaan untuk mencegah terjadinya dekubitus dengan mengenal penderita
risiko tinggi terjadinya dekubitus, misalnya padapenderita yang immobil dan
konfusio.
Usaha untuk meremalkan terjadinya dekubitus
ini antara lain dengan memakai sistem skor Norton. Skor dibawah 14 menunjukkan
adanya risiko tinggi untuk terjadinya dekubitus. Dengan evaluasi skor ini dapat
dilihat perkembangan penderita.
Tindakan berikutnya adalan menjaga kebersihan penderita khususnya kulit, dengan memandikan setiap hari. Sesudah keringkan dengan baik lalu digosok dengan lotion, terutama dibagian kulit yang ada pada tonjolan-tonjolan tulang. Sebaiknya diberikan massase untuk melancarkan sirkulasi darah, semua ekskreta/sekreta harus dibersihkan dengan hati-hati agari tidak menyebabkan lecet pada kulit penderita.
Tindakan selanjutnya yang berguna baik untuk pencegahan maupun setelah terjadinya dekubitus adalah:
Tindakan berikutnya adalan menjaga kebersihan penderita khususnya kulit, dengan memandikan setiap hari. Sesudah keringkan dengan baik lalu digosok dengan lotion, terutama dibagian kulit yang ada pada tonjolan-tonjolan tulang. Sebaiknya diberikan massase untuk melancarkan sirkulasi darah, semua ekskreta/sekreta harus dibersihkan dengan hati-hati agari tidak menyebabkan lecet pada kulit penderita.
Tindakan selanjutnya yang berguna baik untuk pencegahan maupun setelah terjadinya dekubitus adalah:
1. Meningkatkan
status kesehatan penderita; umum; memperbaiki dan menjaga keadaan umum
penderita, misalnya anemia diatasi, hipoalbuminemia dikoreksi, nutirisi dan
hidarasi yang cukup, vitamin (vitamin C) dan mineral (Zn) ditambahkan khusus;
coba mengatasi/mengoabati penyakit-penyakit yang ada pada penderita, misalnya
DM.
2. Mengurangi/memeratakan
faktor tekanan yang mengganggu aliran darah;
· Alih posisi/alih baring/tidur selang seling,
paling lama tiap dua jam. Keberatan pada cara ini adalah ketergantungan pada
tenaga perawat yang kadang-kadang sudah sangat kurang, dan kadang-kadang
mengganggu istirahat penderita bahkan menyakitkan.
· Kasur khusus untuk lebih memambagi rata tekan
yang terjadi pada tubuh penderita, misalnya; kasur dengan gelembung tekan udara
yang naik turun, kasur air yang temperatur airnya dapat diatur. (keberatan alat
canggih ini adalah harganya mahal, perawatannya sendir harus baik dan dapat
rusak).
· Regangan kulit dan lipatan kulit yang
menyebabkan sirkulasi darah setempat terganggu, dapat dikurangi antara lain;
a) Menjaga
posisi penderita, apakah ditidurkan rata pada tempat tidurnya, atau sudah
memungkinakan untuk duduk dikursi.
• Bantuan balok penyangga kedua kaki, bantal-bantal kecil utuk menahan tubuh penderita, “kue donat” untuk tumit,
• Bantuan balok penyangga kedua kaki, bantal-bantal kecil utuk menahan tubuh penderita, “kue donat” untuk tumit,
b) Diluar
negeri sering digunakan kulit domba dengan bulu yang lembut dan tebal sebagai
alas tubuh penderita. Begitu tampak kulit yang hiperemis pada tubuh penderita,
khsusnya pada tempat-tempat yang sering terjadi dekubitus, semua usaha-usahan
diatas dilakukan dengan lebih cermat untuk memperbaiki iskemia yang terjadi,
sebab sekali terjadi kerusakan jaringa upaya penyembuhan akan lebih rumit.
Bila sudah terjadi dekubitus, tentukan stadium dan tindakan medik menyesuaikan apa yang dihadapi:
Bila sudah terjadi dekubitus, tentukan stadium dan tindakan medik menyesuaikan apa yang dihadapi:
1) Dekubitus
derajat I
Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada
epidermis;
kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian dimassase 2-3 kali/hari.
kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion, kemudian dimassase 2-3 kali/hari.
2) Dekubitus
derajat II
Dimana sudah terjadi ulkus yang dangkal; Perawatan luka harus memperhatikan syarat-syarat aseptik dan antiseptik. Daerah bersangkutan digesek dengan es dan dihembus dengan udara hangat bergantian untuk meransang sirkulasi. Dapat diberikan salep topikal, mungkin juga untuk meransang tumbuhnya jaringan muda/granulasi, Penggantian balut dan salep ini jangan terlalu sering karena malahan dapat merusakkan pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
3) Dekubitus
derajat III
Dengan ulkus yang sudah dalam, menggaung sampai pada bungkus otot dan sering sudah ada infeksi; Usahakan luka selalu bersih dan eksudat disusahakan dapat mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya transparan sehingga permeabel untuk masukknya udara/oksigen dan penguapan. Kelembaban luka dijaga tetap basah, karena akan mempermudah regenarasi sel-sel kulit. Jika luka kotor dapat dicuci dengan larutan NaCl fisiologis. Antibiotik sistemik mungkin diperlukan.
4) Dekubitus
derajat IV
Dengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang dan sering pula diserta jaringan nekrotik; Semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik yang adal harus dibersihkan, sebab akan menghalangi pertumbuhgan jaringan/epitelisasi.
Beberapa preparat enzim coba diberikan untuk usaha ini, dengan tujuan mengurangi perdarahan, dibanding tindakan bedah yang juga merupakan alternatif lain. Setelah jaringan nekrotik dibuang danluka bersih, penyembuhan luka secara alami dapat diharapkan.
Beberapa usaha mempercepat adalah antara lain dengan memberikan oksigenisasi pada daerah luka, Tindakan dengan ultrasono untuk membuka sumbatan-sumbatan pembuluh darah dan sampai pada transplantasi kulit setempat.
tan.
Penelitian menunjukkan bahwa pravalensi luka dekubitus berpariasi, tetapi
secara umum dilaporkan bahwa 5-11% terjadi di tatanan perawatan akut/akut care,
15-25% ditatanan perawatan jangka panjang dan 7-12% ditatanan perawatan rumah.